Rabu, 30 November 2011

Drive (US.2011)

Director: Nicolas Winding Refn 
Cast :
Ryan Gosling - Driver
Albert Brooks - Bernie
Ron Pearlman - Nino
Carey Mulligan - Irene
Oscar Isaac - Standard
Kaden Leos - Benicio
Bryan Carnston - Shannon

Sejak rilis perdana pada Cannes Film Festival 2011, Drive telah menjadi bahan pembicaraan banyak pihak, mulai dari kritikus, film blogger dan pengemar film action. Film ini menjadi "most wanted movie of 2011". Diadaptasi oleh Hossen Amini dari novel berjudul sama karya James Sallis, Drive dibuka dengan adegan pengenalan karakter utama dengan cukup informatif. Seorang Pria (Ryan Gosling) terlihat menyetir sebuah mobil di jalanan Los Angeles, dia menjemput dua orang pria yang terlihat terburu-buru. Mobil bergerak menghindari kejaran polisi dan berhasil kabur. Adegan ini cukup memberikan informasi profesi dari karakter yang diperankan Ryan Gosling yang sepanjang film tidak pernah disebut namanya. Gosling adalah supir untuk para kriminal untuk melancarkan aksinya.

Selain sebagai pengemudi 'khusus' pada malam hari, pada adegan selanjutnya penonton mendapatkan informasi kedua bahwa sang supir adalah seorang stunt Hollywood pada siang hari, dan bekerja di sebuah bengkel milik Shannon (Bryan Carnston). Plot dilanjutkan dengan bagaimana interaksi sang supir dengan Irene (Carey Mulligan) seorang wanita beranak satu, Benicio (debut aktor muda Kaden Leos) yang tinggal di sebelah flatnya. Kedekatan antara mereka terjadi begitu saja ketika mobil Irene rusak dan sang supir membantunya. Sang supir yang dingin dan kaku tetapi sebenarnya kesepian, begitupun Irene yang harus menghadapi kenyataan memiliki suami yang di penjara. Manisnya hubungan mereka diganggu dengan berita kepulangan Standard (Oscar Isaac), suami Irene. Pertemuan dengan Irene dan Standard inilah yang kemudian mengubah jalan hidup sang supir.


Dua plot utama yang ditampilkan dalam film ini kemudian menjadi saling berhubungan dan tumpang tindih. Bahwa segala sesuatunya kemudian saling terpaut dengan dekat. Tidak jauh berbeda dengan plot-plot yang sering kita temuin pada film-film kriminal khas Inggris seperti Snatch, Dead Man's Shoes, London to Brighton, Intermissions, dan Layar Cake. Sang supir memutuskan untuk membantu suami Irene yang ditekan oleh pihak yang memberi dia piutang untuk melakukan sebuah perampokan dan semua berakhir tidak seperti yang diinginkan. Suami Irene ditembak mati. Sang supir diburu kematian. Bernie (Albert Brooks) dan Nino (Ron Pearlman) dua mafia yang siap menghabisinya. Dia tidak hanya harus menyelamatkan diri sendiri, tetapi juga Irene dan anaknya. Satu-satunya cara untuk selamat adalah dengan mengkonfrontasi mereka.


Untuk membuat kesan tegas dan wibawa, Refn dan Hossen Amini tidak memberikan banyak dialog untuk karakter sang supir. Dan hal itu berhasil. Gosling tampil gemilang. Tegas, berwibawa, hanya dengan ekspressi dan tatapan mata tanpa kedip, penonton bisa merasakan bagaimana sang supir bernyali tinggi, berani dan siap bertindak tanpa ampun. Penonton tidak akan lupa saat karakternya berubah serius dan tiba-tiba bertindak mengerikan. Salah satu adegan yang berhasil mempelihatkan hal itu adalah ketika sang supir dengan membabi buta dan tanpa ampun menghabisi seorang pria yang mencurigakan di elevator. Padahal sebelum menghancurkan wajah pria itu, dia mencium Irene. Harus diakui bahwa karakter yang dibawakan Ryan Gosling ini adalah satu dari peran terbaik yang pernah dia mainkan.


Albert Brooks dan Ron Perlman bermain fantastis bermain Mafia. Albert Brooks sangat menakutkan sebagai bos mafia, ini merupakan perubahan dan terobosan baru pada kariernya, karena dia biasanya lebih banyak main untuk film komedi. Bernie yang diperankan Brooks ini selalu membawa semacam pisau dan dengan berdarah dingin tanpa ampun menancapkan pisau tersebut pada lawan bicara yang tidak dia suka. Sebuah penampilan yang mengesankan. Atas usaha tersebut Brooks telah menerima penghargaan aktor pendukung terbaik dari New York Film Critics Circle 2011.


Satu hal yang menjadi perhatian penulis adalah detail sinematografi, artistik, kostum dan soundtrack untuk film ini yang seperti memberikan penghormatan untuk film-film tahun 80-an. Font berwarna pink, jaket jaket yang dipakai oleh Gosling, adegan-adegan action dengan suasana kota urban yang mengingatkan pada serial miami vice karya Michael Mann dan musik new wave elektronik dari Cliff Martinez yang semakin memberi rasa 80-an. Salah satu lagu soundtrack yang sangat berkesan memberi rasa untuk film ini adalah track A Real Hero dari College featuring Electric Youth. Lagu ini seperti sengaja dibuat untuk memberi kesan mendalam (Hero) pada karakter yang diperankan Ryan Gosling, mengiringi adegan Gosling dan Mulligan menghabiskan waktu bersama di pinggiran kota dan juga untuk akhir filmnya.


Bagian dari film yang berpeluang untuk membosankan bagi penonton adalah adegan-adegan hening antara Gosling dengan Mulligan yang hanya menatap satu sama lain, secara telepati seperti berusaha membaca pikiran satu sama lain. Tetapi adegan tersebut cukup memperjelas masing-masing karakter. Sang Supir yang terlihat kaku, sedangkan Irene bergumul dengan dilema akan anak dan suaminya yang dipenjara.


Ada semacam rasa sesak saat film ini menuju akhirnya. Penonton dibuat menahan nafas lebih dari 30 detik untuk memastikan bahwa ini adalah sebuah ending mereka harapkan atau tidak. Begitupun dengan adegan ketika Irene mengetuk pintu flat sang supir. Film ini dibuat bukan dengan style kebanyakan film Hollywood yang memberikan akhir yang dinginkan oleh penontonnya. Tetapi Drive memberikan sebuah ending terbaik, yang akan membawa penonton pada rasa sesak tadi namun berdecak kagum (saya tidak akan spoiler untuk ini).


Drive bukanlah film yang original. Akting, cerita dan teknisnya telah banyak kita lihat pada film film lain. Tidak banyak hal-hal baru yang ditampilkan, tetapi Nicolas Winding Refn berhasil mengeksekusi semua yang tidak baru tersebut menjadi drama thriller yang spesial. Spesial karena semuanya berada pada porsinya, tidak ada yang berlebihan dan tampak apa adanya. Drive menjadi sebuah film yang jelas akan tampil seperti apa dan diselesaikan dengan baik. Drive tidak dibuat untuk semua orang, tetapi Refn yang begitu memahami dan mengerti bekerja di belakang kamera untuk film ini, memberikan pengalaman menonton yang baru pada tiap penontonnya. Drive disiapkan untuk menjadi sebuah perjalanan sinematik pemacu adrenalin. Dan itu berhasil, paling tidak itu yang penulis rasakan.

Drive memang bukan sebuah mahakarya namun tetap menjadi salah satu film yang diarahkan dengan baik tahun ini dan sangat pantas disandingkan dengan drama kriminal brutal terbaik yang pernah hadir sebelumnya seperti Goodfellas, Casino, Reservoirs Dog, Sexy Beast, City of God, American History X, Carlito's Way dan True Romance.Atas usahanya mengemas film ini dengan baik, Refn mestinya berhak menjadi salah satu sutradara yang diunggulkan sebagai yang terbaik tahun ini.

Drive telah menerima penghargaan best director dari Cannes Film Festival 2011 untuk Nicolas Winding Refn. Carey Mulligan yang berperan sebagai Irene, juga telah menerima penghargaan best supporting actress of the year (juga untuk Shame) dari Hollywood Film Festival 2011. Serta nominasi film berbahasa asing terbaik British Independent Film Awards 2011. Dan sampai menjelang akhir tahun ini,  Drive adalah salah satu film yang begitu populer diprediksi mendapatkan nominasi oscar terutama untuk sutradara, aktris pendukung, naskah adaptasi, editing dan soundtrack.


Drive mendapatkan tempat terhormat pada posisi 148 dari 250 film-film terbaik sepanjang masa versi IMBD. Paling tidak ini memperlihatkan bahwa Drive adalah salah satu film yang harus ditonton tahun ini. Drive menerima begitu banyak review positif karena berhasil memberikan tontonan yang tidak hanya menghibur tetapi juga dengan kualitas berkelas, setara dengan Donnie Darko (2001), Into the Wild (2007) dan Trainspotting (1996) yang bersanding dengan Drive pada list film-film terbaik versi IMBD seperti yang tersebut di atas.

 

Kamis, 10 November 2011

A Separation (Iran.2011)

Director : Asqhar Farhadi
Cast : 
Peyman Moaadi - Nadar
Leila Hatami - Simin
Sareh Bayat - Razieh
Shahab Hosseini - Hodjat
Sarina Farhadi - Termeh
Merila Zarei - Miss Ghahrai
Ali Asghar Shahbazi - Ayah Nader

Film baru Asghar Farhadi adalah sebuah melodrama yang menangkap tema tanggung jawab, kejujuran, cinta, religiusitas, dan pengorbanan. Film dimulai dengan argumen perceraian antara Simin (Leila Hatami) dan Nader (Peyman Moaadi) pada seorang hakim di pengadilan Iran. Melalui argumen mereka, alur cerita utama film menjadi jelas bahwa Nader dan Simin telah berencana untuk pindah ke Eropa untuk kehidupan yang lebih baik. Meskipun Nader tertarik dengan ide hidup di luar negeri, ia kemudian menolak karena ayahnya (Ali-Asghar Shahbazi) menderita Alzheimer dan butuh perawatan khusus. Ketika, di pengadilan, Simin mengatakan pada Nader "bahkan ayahmu sudah tidak mengenalimu lagi" Nader membantah dengan "... tapi aku tahu dia." Di sini diperlihatkan bahwa di Iran, tanggung jawab anak sangat nyata terhadap orang tuanya. Simin tetap bersikeras dengan gagasan pergi ke luar negeri. Ketika Nader menolak, dia percaya tidak ada cara lain untuk mereka kecuali perceraian. Simin kemudian memutuskan untuk tidak tinggal bersama suami dan Termeh (Sarina Farhadi), putrinya lagi. Tanpa berpikir panjang Nader memutuskan untuk menyewa Razieh (Sareh Bayat) perawat yang dapat diandalkan dan bertanggung jawab untuk ayahnya.

Razieh digambarkan sebagai sosok wanita yang sangat taat dalam beragama (atau mungkin begini semua sosok wanita di Iran). Ketika dia harus membersihkan ayah Nader dengan menyentuhnya, dia harus menyakinkan diri dengan menelpon seseorang untuk bertanya apakah dia tidak berdosa melakukan hal tersebut. Sebagai seorang wanita yang benar-benar percaya dalam aturan ketat agama, tidak ingin melakukan hal yang tidak sesuai dengan prinsipnya, Razieh memutuskan untuk tidak datang lagi mengurus ayah Nader. Tetapi esok harinya justru kemudian dia datang kembali. Disini kita bisa langsung menyimpulkan bahwa Razieh berkompromi dengan dirinya sendiri hanya karena dia butuh uang.


Sampai kemudian Nader pulang dan mendapati ayahnya terjatuh dari tempat tidur dan dalam keaadaan hampir meningal dunia. Dan tidak ada Razieh bersamanya. Razieh bahkan mengikat kedua tangan ayahnya. Nader bahkan berpikir ayahnya meninggal dunia. Nader menjadi sangat marah dengan tindakan Razieh yang tidak bertanggung jawab karena meninggalkan rumah, mengunci ayahnya dari luar dan mengikat tangannya. Ketika ia kembali, Nader terpaksa mengusir dengan mendorong dia keluar dari rumah. Razieh meminta maaf dan memaksa untuk tetap bekerja karena butuh uang. Tanpa sepengetahuan Nader, Razieh jatuh ke tangga dan mengalami keguguran atas bayi yang dikandungnya.


Nader dituduh membunuh bayi Razieh dengan sengaja. Razieh klaim bahwa Nader mendorongnya meskipun ia tahu ia sedang hamil. Nader menyangkal hal itu. Suami Razieh, Hodjat (Shahab Hosseini) tidak memiliki pekerjaan dan memiliki banyak utang. Dengan kondisi yang serba kekurangan membentuk Hodjat menjadi pribadi yang keras, gampang marah dan bertemperamen tinggi.  Beberapa kali dia bertindak kasar terhadap Nader dan hakim yang mengurus masalah mereka. Termeh tahu bahwa ayahnya berbohong karena dia yakin bahwa Nader mendengar cerita kehamilan Razieh ketika dia sedang berbicara tentang hal itu dengan gurunya, Miss Ghahraii (Merila Zare'i).


Dari sinilah kemudian konflik terbangun dengan sendirinya. Masing-masing karakter berusaha untuk bertahan pada ego demi keuntungan sendiri. Dengan motif dan alibi yang mereka yakini kuat, dan bahkan mungkin kemudian kebohongan menjadi satu-satunya pilihan untuk bisa keluar dari permasalahan. Dalam hitugan menit, jam atau hari jalan hidup manusia bisa berubah 180derajat. Tidak ada yang dibuat berlebihan dalam film ini. Semua terasa begitu nyata, apa adanya dan terjadi begitu saja dan kemudian membebani masing-masing karakternya.


Bagian paling menarik dari film ini adalah naskahnya yang tidak mengambil pihak pada salah satu karakternya. Sebaliknya, semua orang tampaknya sama-sama benar dan salah pada waktu yang sama. Mereka semua terjebak dalam motif, ego, moralitas dan agama, uang dan kehormatan masing-masing. Bagaimana kemudian kita sebagai penonton digiring pada moral moral dari setiap karakter yang semakin menjelang film berakhir semakin terasa menipis. Entah pihak mana mestinya yang perlu kita dukung. Karena pada dasarnya penonton selalu melakukan tindakan pihak memihak, tetapi tidak untuk film ini. Dan inilah yang menjadi bagian menarik dan terbaik dari film yang didaftarkan oleh Iran berlaga untuk Oscar Best Foreign Film tahun ini.


Agama masih menjadi salah satu komoditi paling utama dan penting ketika sebuah permasalahan mengalami jalan buntu. Entah menjadi sebuah pelarian atau justru sebuah penyelesaian. Dan untuk sebuah negara seperti Iran, dengan masyarakatnya yang masih memegang tinggi prinsip prinsip hidup beragama tentu hal tersebut menjadi satu-satunya cara untuk kembali melihat lebih dalam dan jujur untuk melakukan apapun. Ketika Razieh diminta untuk bersumpah dengan Al Qur'an dia mendapatkan keraguan. Apalagi kemudian dia ternyata tidak yakin akan semua tindakannya menuntut Nader. Dia takut hal-hal yang tidak baik akan menimpa anak mereka jika dia bersumpah dengan Al Qur'an atas sesuatu yang dia tidak yakini kebenarannya. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa agama berperan penting pada kehidupan masyarakat Iran.


A Separation menjadi lebih rumit dari film Farhadi sebelumnya, About Elly. Tampaknya bahwa drama ruang pengadilan dapat tempat terbaik untuk Farhadi guna menciptakan dunia sendiri tetapi dengan rasa yang realistis dan karakter tampak begitu dekat dan mungkin bisa menjadi siapapun disekitar penonton. Pilihan yang juga sangat tepat yang dilakukan Farhadi adalah menempatkan penonton pada posisi hakim selama menonton. Tetapi justru masalahnya adalah bahwa hakim tidak menyediakan bantuan untuk membuat dan membawa penonton melakukan penilaian yang jelas dan tetapi justru membuat situasi menjadi lebih rumit. Farhadi tidak ingin penonton berpihak pada siapapun. Inilah yang menjadi bagian paling utama dalam film ini, ketika garis antara hitam dan putih menjadi redup. Dia membiarkan kita sebagai penonton mengamati dan meninggalkan teater dengan tanda tanya besar dikepala masing-masing.


Adegan yang paling menyentuh dalam film ini adalah ketika Nader membersihkan ayahnya dan dia menangis. Bukan karena dia terbebani dengan ayahnya, lebih pada dia gagal sebagai seorang laki-laki, suami dan ayah yang baik untuk anaknya. Selain itu adegan ketika Razieh menemui Simin dan membuka tabir keraguannya menjelang akhir film juga menjadi sebuah twist ysng menjadikan film ini satu dari film terbaik tahun ini tanpa perlu spesial effect, bujet kolosal dan pemain-pemain mahal. Cukup sebuah cerita dan naskah sederhana yang mengena.


A Separation  hadir ditengah gempuran film-film fiksi ilmiah dengan teknologi tinggi yang justru miskin cerita. Film ini adalah contoh baik yang dapat membantu kita sebagai penonton untuk merevisi ide-ide tentang konsep-konsep penting seperti tanggung jawab, cinta, kasih, dan pengorbanan.


A Separation berada pada peringkat 162 dari 250 film terbaik sepanjang masa versi IMDB. Film ini juga menerima Golden Berlin Bear (film terbaik)  Berlin International Film Festival 2011. Selain itu juga menerima Silver Berlin Bear untuk aktor dan aktris terbaik bagi keempat pemain utamanya. A Separation juga dinominasikan film berbahasa asing terbaik British Independent Film Awards 2011 dan mendapatkan 4 nominasi termasuk film dan sutradara terbaik dari Asia Pacific Screen Awards 2011 yang akan diumumkan 24 November nanti di Gold Coast, Australia.