Kamis, 26 Mei 2011

Brazilian Cinema History

1896 Dalam waktu satu tahun percobaan pertama Lumière's Brothers di Paris pada tahun 1896, mesin sinematografi muncul di Rio de Janeiro.


1908 
Sepuluh tahun kemudian, Rio de Janeiro mendirikan 22 bioskop dan film fitur pertama Brasil, "The Stranglers" oleh Antônio Leal. Sejak saat itu industri film Brasil membuat kemajuan yang mantap. 


1930 

Pada tahun 1930, masih era film bisu di Brasil, landmark film Mario Peixoto's "Border" (Limite) dibuat. Film ini adalah karya surealistik tentang bagaimana kehidupan dan konspirasi terjadi. 

1933 
Pada 1933 Cinédia diproduksi "Voice of Carnaval" film pertama Carmen Miranda. Film ini dengan ciri khas "chanchada" yang mendominasi bioskop Brasil selama bertahun-tahun. Chanchadas adalah komedi slapstick biasanya bergaya musikal karena selalu banyak lagu-lagu dan musik-musik. 
Gangga Bruta (Gangue Rough) oleh Humberto Mauro. Sebuah karya klasik oleh sutradara perintis dari kota kecil Cataguases di Negara Bagian Minas Gerais, utara Rio de Janeiro.


Akhir tahun 1940-an 
Pada akhir 1940-an film-film Brasil telah menjadi sebuah industri. The Vera Cruz Perusahaan Film didirikan di São Paulo untuk menghasilkan film-film yang berkualitas internasional. Dengan menyewa teknisi dari luar negeri seperti dari Eropa. Alberto Cavalcanti, salah seorang pembuat film Brasil dengan reputasi internasional.


1953 
The Vera Cruz Perusahaan Film menghasilkan beberapa film penting, termasuk epik "The Robbers" (O Cangaceiro) dengan Lima Barreto yang memenangkan "Best Adventure Film dan Original Score di Cannes Film Festival tahun itu.



The Vera Cruz juga menghasilkan Amei um Bicheiro oleh Jorge Ileli adalah kisah cinta dari sebuah kehidupan sederhana di Rio. 

1954 
The Vera Cruz Perusahaan Film tertutup. 


1955 
Pada 1950-an, sebuah gerakan radikal mengubah cara pempuatan film di Brasil. Pada tahun 1955 film Rio 100 Degresss F (Rio 40 Graus) dari sutradara Nelson Pereira dos Santos digunakan teknik pembuatan film bergaya neorealisme dari Italia. Dia menggunakan orang biasa sebagai aktor film, dengan anggaran pembuatan seminimal mungkin.



1961 
Luiz Carlos Barreto dianggap sebagai ayah dari gerakan novo bioskop. Ia dilahirkan di Sobral, negara bagian Ceará pada tahun 1928 dan pindah ke Rio pada tahun 1947 sebagai fotografer dan reporter untuk O Cruzeiro, majalah terkemuka Brazil pada waktu itu. Dia menikahi istrinya, Lucy, tahun 1954. 

Luiz Carlos mulai membuat film tahun 1961 sebagai penulis naskah-co dan co-producer Assalto ao Trem Pagador (The Pay Train Robbery) yang disutradarai oleh Roberto Farias, film ini sangat sukses pada peredarannya saat itu. Film ini berdasarkan kisah nyata yang terjadi tentang polisi di Rio. Bersama Nelson Pereira dos Santos, Glauber Rocha, dan Diegues Caca, Luis Carlos disebut sebagai pembuat film-film terbaik Brasil era ini. 

1962 
Pada saat ini novo cinema sedang berhadapan dengan tema yang berkaitan dengan masalah nasional yang akut, dari konflik di daerah pedesaan hingga masalah-masalah kehidupan manusia di kota-kota besar, serta film-film yang diadaptasi dari novel-novel terkenal. O Pagador de Promessas 
(The Given Word) karya sutradara dan juga aktor Anselmo Duarte. Film berhasil mendapatkan penghargaan Palm d'Or Cannes 1962, Special Jury Prize dari Cartagena Film Festival 1962, penghargaan Golden Gate Awards untuk best film dan best original score dari San Francisco International Film Festival 1962 dan menjadi film Brazil pertama yang mendapatkan nominasi oscar untuk film berbahasa asing terbaik pada Oscar 1963.



1963 
Vidas Secas (Barron Lives) oleh Nelson Pereira dos Santos dianggap oleh beberapa kritikus sebagai Brasil film terbaik yang pernah dibuat. Ini adalah kisah kemiskinan dan putus asa dengan latar belakang di timur laut Brazil yang panas dan gersang. 
"God and Devil in the Land of the Sun" (Deus eo Diabo na Terra do Sol) oleh sutradara Glauber Rocha bercerita dengan cara alegori pada fanatisme agama dan politik juga dengan latar belakang timur laut Brasil. 
"Empty Night" (Noite Vazia) film yang menggambarkan penderitaan orang-orang kesepian yang tinggal di São Paulo industri.


1966 
Todas as Mulheres dos Mundo (All Women in the World) oleh Domingos de Oliveira adalah komedi yang memamerkan bakat dan pesona Leila Diniz, yang kemudian meninggal dalam sebuah kecelakaan pesawat yang tragis. Untuk perannya dalam film ini Diniz menerima satu-satunya pengharghaan yang pernah diraihnya sepanjang karir filmnya yaitu special mention pada Brasilia Festival of Brasilian Cinema 1966.



Akhir tahun 1960-an 
Pada akhir tahun 1960-an, gerakan Tropicalist memegang tidak hanya bioskop, tetapi musik, teater, dan seni di Brasil. Ini menekankan kebutuhan untuk mengubah semua pengaruh asing menjadi produk nasional. Mengingat sensor pemerintah militer, bioskop Brasil harus berhati-hati sehingga mulai menggunakan bahasa-bahasa kiasan untuk banyak film. Film paling representatif dari gerakan Tropicalist adalah Macunaíma, oleh Joaquim Pedro de Andrade. Film ini adalah analisis metafora dari karakter Brasil seperti yang diungkapkan dalam kisah seorang India asli yang meninggalkan hutan Amazon dan pergi ke kota besar. 
Bersamaan dengan gerakan Tropicalists, muncul juga gerakan Marginal Cinema dari sekelompok sutradara muda Sao Paulo dan Rio de Janeiro. Di antara film-film yang diproduksi adalah "Rio Babel" (Rio Babilonia) oleh Neville d'Almeida, "He Killed Family and Go to the Movies" (Matou familia e foi ao Cimema) oleh Julio Bressane, dan "The Red Light Bandit" (O Bandido da Luz Vermelha) oleh Rogério Sganzerla. 


1970-an 
Pemerintah Brazil mendirikan EMBRAFILME pada tahun 1969, bertanggung jawab untuk membantu produksi film terutama pembiayaan dan distribusi di tahun 1970-an dan 1980-an. EMBRAFILME memberi ruang pada filmaker Brasil untuk lebih banyak menghasilkan film-film komersil dan juga untuk sutradara yang memiliki karya-karya idealis dan ambisius. 


1972 
Bruno Barreto lahir di Rio de Janeiro pada tahun 1955. Ia dibesarkan di tengah industri film Brasil melihat bagaimana ayah dan ibunya adalah dua pembuat film terkemuka, yaitu Luis Carlos dan Luci Barreto. Pada usia 11 (1966) ia membuat film 16mm. Pada usia 17 (1972) dia membuat film panjangnya yang pertama, Tati, The Girl yang diadaptasi dari tulisan karya Anibal Machado. 



1976 
Barreto kembali menghasilkan film yaitu Dona Flor and her Two Husbands (Dona Flor e seus Dois Maridos) dan berhasil sukses komersil dengan skala internasional. Berdasarkan novel oleh Jorge Amado, film berkisah tentang seorang janda yang hidup dengan cinta segitiga dengan suami kedua serta almarhum suaminya. Film ini mendapatkan nominasi film berbahasa asing terbaik Golden Globe 1979. Sonia Braga yang mengawali karirnya difilm ini mendapatkan nominasi most outstanding new comer dari BAFTA Inggris 1981.



Tahun 1980-an 
Di televisi tahun 1980-an mulai mempengaruhi dunia perfilman Brasil secara komersil. Banyak Bioskop yang bangkrut karena hiburan ditelevisi lebih menarik penonton, terutama di pedalaman. Tema politik menjadi isu yang semakin mempengaruhi cerita-cerita di film. 

1981
Pixote dari sutradara Hector Babenco menjadi salah satu yang paling dikenal dan menjadi salah satu film terbaik Brazil yang pernah dibuat. Ini adalah kisah yang mengerikan dari "penyalahgunaan" anak-anak di negara miskin. Film ini mempertanyakan tentang perlindungan anak-anak di Brazil. Film ini menerima penghargaan film terbaik dari Locarno dan Los Angeles International Film Festival 1981. Pixote juga mendapatkan nominasi film berbahasa asing terbaik Golden Globe 1982, Marilia Pera mendapatkan penghargaan Best Actress dari Boston Society Film Critics Awards dan National Society Film Critics Awards USA 1982. New York Film Critics Circle Awards memberikan film ini penghargaan film berbahasa asing terbaik. 



1981 
They're not Wear Black-Tie disutradarai oleh Leon Hirzman, dan menceritakan kisah mogok di kawasan industri Sao Paulo. 


1984 
Memories of Prison (Memorias do Cárcere), 1984, oleh Nelson Pereira dos Santos menceritakan kehidupan tahanan para politik. Film ini menerima FIPRESCI Prize Cannes Film Festival 1984 dan menerima penghargaan Poster Film terbaik dari Havana Film Festival 1984. 


1985 
Salah satu film yang paling menonjol tahun 1985 adalah The Jam Star (A Hora da Estrela), disutradarai oleh Susana Amaral. Ia bercerita tentang seorang gadis imigran dari timur laut di kota metropolis yang besar. Menerima penghargaan CICAE Award dan Silver Bear Awards Aktris Terbaik pada Marcelia Cortaxo pada Berlin International Film Festival 1985.



1986
Fernanda Torres yang merupakan anak dari aktris senior Fernanda Montenegro menjadi aktris Brazil pertama yang mendapatkan penghargaan Aktris Terbaik Festival Film Cannes 1986 untuk film karya Arnaldo Jabor, Love Me Forever or Never.


1987 
O romance da empregada yang disutradarai kembali oleh Barreto menjadi salah satu film terakhir yang diproduksi oleh EMBRAFIME, karena thn 1990 lembaga film Pemerintah ini ditutup. 


1990 
Bruno Barreto pindah ke Amerika Serikat pada tahun 1990 setelah membuat delapan film di Brazil. Dia menikah dengan aktris Amy Irving. 


1995 
Saudara dari Bruno, Fabio Barreto menghasilkan "O Quatrilho" yang dibintangi oleh Gloria Pires. Film ini menjadi film Brasil kedua yang menerima nominasi Oscar untuk film berbahasa asing terbaik 1996. Film ini berkisah tentang sebuah permainan karyu dari para imigran Italia di Brazil. Film juga menerima penghargaan Best Actress, Art dan Music Score dari Havana Film Festival 1995.


1996 
Bruno Barreto membuat sebuah film berdasarkan buku oleh Fernando Gabeira yang menceritakan kisah penculikan seorang Duta Besar Amerika oleh sekelompok mahasiswa selama kediktatoran militer di Brasil pada 1968. Film ini menjadi film Brasil ketiga yang mendapatkan nominasi Oscar tahun 1997. 
Walter Salles tahun ini menghasilkan film perdananya yang berjudul Tetra Estrangeira (Foreign Land).
Carlota Joaquina dari sutradara wanita Carla Camurati menjadi film paling sukses medio 90an ini.  

1997 
A Ostra eo Vento (The Oyster and the Wind) oleh Walter Junior Lima menjadi salah film paling sukses tahun ini. Film ini menerima CinemAwenire dan nominasi Golden Lion Venice Film Festival 1997.  


1998 
Central do Brasil adalah puncak kesuksesan Cinema Brazil, karya Walter Salles ini setidaknya mengumpulkan 29 penghargaan dari seluruh dunia. Selain juga menerima nominasi oscar 1999 untuk film berbahasa asing terbaik (film Brazil keempat untuk oscar) dan Best Actress untuk Fernanda Montenegro. Fernanda menjadi pemain Brazil pertama dan satu-satunya dalam sejarah yang berhasil mendapatkan nominasi Oscar.  Film ini berkisah tentang Dora, dengan seorang wanita yang bekerja menipu sebagai penulis surat untuk para penderita buta huruf, sampai kemudian dia harus terjebak dengan Josue, anak dari salah satu kliennya.





Selanjutnya perfilman Brasil semakin memperlihatkan identitas dan cirikhas yang semakin baik dan maju. Setelah era milenium perkembangan semakin pesat dan kualitas dan kuantitas yang baik. Beberapa film yang sangat terkenal para era tahun 2000-an adalah: 


1. Me You Them (Andrucha Waddington)
2. A Dog's Will (Guel Araes)
3. Brainstorm (Laiz Bondansky)
4. To the Left of the Father (Luiz Fernanda Carvalho)
5. Behind the Sun (Walter Salles)
6. City of God (Fernando Meirelles)
7. Madame Sata (Karim Ainouz)
8. Carandiru (Hector Babenco)
9. The Man Who Copied (Jorge Furtado)
10. Mango Yellow (Claudio Assis)
11. Two Sons of Francisco (Breno Silveira)
12. House of Sand (Andrucha Waddington)
13. Cinema Aspirin and Vultures (Marcello Gomes)
14. Suely in the Sky (Karim Ainouz)
15. Zuzu Angel (Sergio Rezende)
16. Angel of the Sun (Rudy Langeman)
17. The Year My Parents Went On Vacation (Cao Hamburger)
18. Arido Movie (Lirio Ferreira)
19. The Elite Squad (Jose Padilha)
20. Mutum (Sandra Kogut)
21. Quero (Carlos Cortez)
22. Drained (Heitor Dhalia)
23. The Pope's Toilet (Cesar Charlone)
24. Estomago (Marco Jorge)
25. Linha de Passe (Walter Salles & Daniela Thomas)
26. My Name is not Johnny (Mauro Lima)
27. If Nothing Else Works Out (Jose Eduardo Belmonte)
28. Smoking Get in your Eyes (Anna Muylaert)
29. Chico Xavier (Daniel Filho)
30. The Best Thing in the World (Lais Bondansky)
31. The Elite Squad 2 (Jose Padilha)


reposting dari http://www.lusobraz.com/v_bra.htm 

Sabtu, 07 Mei 2011

Best Track from Score Film All the Time

Musik menjadi salah satu komponen penting dalam sebuah film. Melalui musik adegan adegan dalam film jadi lebih memiliki rasa, apakah itu kesedihan, ketegangan, ketakutan, cinta, kelucuan dan segala macam. Musik-musik dalam film bahkan memiliki penghargaan sendiri, seperti dalam oscar terdapat kategori penata musik asli terbaik dan penata lagu untuk film terbaik. Bahkan kadang musik untuk sebuah film bisa lebih terkenal dari filmnya sendiri. Menjadi bagian sejak film tercipta tentu menghasilkan banyak sekali komposer-komposer hebat. Sebut saja John  Williams, Vangelis, Jon Barry, Ennio Morricone, Mark Isham, hingga generasi saat ini seperti Dario Marianelli. Saat ini musik untuk ini film telah dijual terpisah dari film. 

Berikut saya buat daftar 50 Best Track from Original Score Film sepanjang masa (tentu ini menurut pengamatan pribadi saya dan diurutkan berdasarkan abjad judul filmnya): 

1.    La Valse d’amelie (Amelie.2001)

Musik karya Yan Tiersen ini berhasil membentuk karakter Amelie yang ceria, suka menolong orang di sekitarnya dan seperti tidak pernah ada kesedihan dalam hidupnya.

2.    Dead Already (American Beauty.1999)

Thomas Newman memanfaatkan bunyi-bunyian perkusi dengan sentuhan musik techno memberi kesan ironi pada hidup Lester Burharm, musiknya terdengar powerfull yang justru sengaja dibuat untuk mementahkan kisah hidup Lester yang sudah mati.

3.    Briony (Atonement.2007)

Dario Mariannelli mengunakan efek dentingan mesin ketik berpadu dengan piano, terdengar menegangkan dan misterius. Sesuai sekali dengan Briony muda yang sangat ingin tahu segala hal. Briony yang menyimpulkan sesuatu yang sebenarnya belum mampu dia simpulkan sehingga akhirnya mengorbankan hidup orang-orang disekitarnya.

4.    The Cottage on the Beach (Atonement.2007)

Dario Marianelli menggabungan piano dan biola untuk memberikan kesan melodrama sedih akhir kisah hidup Cecilia dan James yang diberi kebahagaian oleh Briony dalam novelnya. Mereka bahagia menikmati hidup ditepi pantai.

5.    Deportation Iguazu (Babel.2006)

Gustavo Santaolalla dengan cirikhas permainan gitar klassik latinnya yang terasa perih dan sedih, mengulang melodi yang sama berulang-ulang kali. Ini memperpihatkan bahwa hidup baik atau buruknya selalu memberikan kita sebuah pemikiran dan pengalaman untuk kemudian dijadikan pelajaran yang berharga. 
6.    Bibo No Aozora (Babel.2006)

Permainan piano Ryuichi Sakamoto berpadu dengan gesekan biola menjadi bagian penutup dari Babel. Musik ini seperti menyimpulkan makna film itu secara keseluruhan, bahwa semua kisah kehidupan yang terjadi di bumi ini selalu saling berkaitan satu sama lain.

7.    A Swan in Born (Black Swan.2010)

Clint Mansell memberikan suguhan menegangkan dengan paduan orkestra full untuk memperlihatkan Nina menjadi Black Swan. Musik bermelodi cepat dan tinggi ini berhasil mengiring Nina meninggalkan sisi Whitenya dan terlihat sangat jahat dengan Black Swan.

8.    For the Love of a Pricess (Braveheart.1995)

James Horner memberikan sentuhan orkestra lembut untuk mengiringi Wallace mengikhlaskan kepergian wanita yang begitu dia cintai. Dan dijamin saat musik berakhir penonton akan merasakan kesedihan mendalam Wallace dan ikut menangis.

9.    The Wings (Brokeback Mountain.2005)
Gustavo Santaolalla kembali mengunakan permainan gitar khas miliknya dengan sentuhan melodi country yang lembut. Meninggalkan luka yang mendalam bagi Ennis mengenang semua kisah cintanya bersama Jack Twist. Sungguh tragis.

10.  Childhood and Manhood (Cinema Paradiso.1989)

Ennio Marricone memberikan warna-warna ceria dengan piano, biola dan saxophone pada kenangan masa kecil Alfredo dan mencoba menghidupkan kembali kenangan tersebut pada masa tuanya.

11.  Firefly (The Classic.2003)

Jo Yeong Wook menggunakan Saxophone untuk memberikan kesan romantis pada Joo Hee dan Joon Ha saat mereka terjebak hujan dan kemalamam. Musik melankolis ini berhasil membangun ikatan cinta pertama mereka sambil mencari kunang-kunang.

12.  A Really Good Cloak (Crash.2005)

Mark Isham menyuguhkan permainan piano mendebarkan untuk salah satu adegan puncak film ini. Musik ini berhasil membuat semua penonton akan menahan nafasnya saat anak kecil yang diberikan kalung oleh ayahnya bermaksud mengembalikan kalung tersebut dan sebuah tembakan menerjangnya.

13.  Daisy Ballet’s Karier (The Curios Case of Benjamin Button.2008)

Desplat menyuguhkan orchestra khas pertunjukan ballet plus dengan bunyi-bunyian unik memberikan kesan mewah, mahal, indah serta kecantikan luar biasa dari permainan kaki dan baller yang ditampilakan dengan sempurna oleh Daisy.

14.  Final Letter (Dear Frankie.2004)

Alex Heffes memberikan permainan piano lebih lambat dari musik opening film ini dan semakin meningkatkan ritme menuju ending tracknya. Memberikan kesan mendalam pada surat terakhir Frankie yang akan dibalas ibunya. Frankie berhasil membuat ibunya tersentuh dan menangis dengan surat terakhirnya ini. 

15.  Middlesex Times (Donnie Darko.2001)

Michael Andrew memanfaatkan bunyi-bunyian techno dengan mix berbagai macam efek suara musik yang terkesan misterius tetapi lucu. Track ini mewakili jiwa Donnie yang memang misterius dan lucu.

16.  Jenny’s Theme (An Education.2009)

Paul Englishby bermain pelan pada tuts pianonya dengan melodi yang dramatis untuk memberikan kesan untuk karakter Jenny yang smart tetapi labil. 

17.  The Spoon on the Nose (Finding Neverland.2004)

Jan AP. Kacsmarek mengabungkan suara piano bernada gembira dengan paduan suara anak-anak yang memberikan kesan sebuah kisah fantasi dan petualangan yang seru dan menegangkan.

18.  Main Theme of The God Father (The God Father.1972)

John Williams memanfaatkan suara piano dan gitar dengan melodi khas italia untuk memberikan ciri utama pada kisah mafia terbaik ini. Dan musik ini menjadi salah satu musik film terbaik yang diingat sepanjang masa karena berhasil memberikan identitas tersendiri untuk filmnya.

19.  Main Theme Harry Potter (Harry Potter and the Sorcerer’s Stone.2001)

John Williams sebenarnya memodifikasi musik karya sebelumnya untuk film Hook (1990) untuk theme film penyihir anak-anak ini. Dengan modifikasi melodi yang lebih ceria dan kemegahan orchestra yang terasa lebih full, musik ini menjadi salah satu theme terbaik dan selalu dipakai untuk 6 film Harry Potter selanjutnya.

20.  Morning Passages (The Hours.2002)

Phillip Glass memainkan piano dengan nada dan melodi depresi yang memberikan kesan pertama untuk film ini. Morning Passages menjadi pembuka kisah hidup Virginia, Laura dan Clarissa dalam satu hari ke depan yang telah terasa suram dan kelam.

21.  Farewell (House of Flying Daggers.2004)
Shigeru Umebayashi mencampur adukan musik kontemporer dengan musik khas china yang unik. Musik dengan melodi menyedihkan ini membuat perpisahan Mei dan Jin terasa semakin berat.

22.  Dream is Collapsing (Inception.2010)
Hans Zimmer menyuguhkan orchestra full dengan melodi dan nada yang menegangkan merasakan perjuangan Cobb dan rekan-rekan mengunjungi mimpi demi mimpi , semakin jauh ke dalamnya dan kemudian menghancurkan mimpi-mimpi tersebut.

23.  Time (Inception.2010)
Sama dengan halnya akhir dari kisah karya Nolan ini, musik penutup dari Zimmer ini perlahan memberikan pertanyaan demi pertanyaan bagi Cobb dan Penonton. Hanya waktu kemudian yang bisa menjawab semuanya.

24.  Epilogue (A Tale of Two Sisters.2003)
Lee Byung Woo menyuguhkan permainan piano yang misterius. Musik ini kemudian mengiring penonton membuka satu persatu kenangan, luka dan twist bagi hidup Lim So Jung. Sebuah kenyataan yang menyesakan. Tidak hanya baginya tapi juga bagi penonton.

25.  The Overture (Jurassic Park.1993)
John Williams menyuguhkan sebuah musik orcherstra megah dan menegangkan untuk mengambarkan kemegahan taman Dinosaurus  yang luas dan penuh dengan segala macam jenis Dinosaurus. Musik track ini berhasil menyakinkan kita bahwa Dinosaurus hidup kembali.

26.  The Rehearsal (The King’s Speech.2010)
Alexandre Desplat memberikan suguhan orcherstra bertema aristokrat dengan melodi sedikit komikal untuk mengiringi footage demi footage saat Lionel melakukan trainning kesembuhan The King.

27.  Central Park (King Kong.2005)
James Newton Howard memainkan denting demi denting piano yang terdengar pilu dan menyedihkan. Memberikan kesan miris buat Kong yang baru saja bertemu dengan Ann Darrow dan menikmati waktu yang tidak panjang bermain seluncur pada danau beku di Central Park.

28.  Opening Theme of The Kite Runner (The Kite Runner.2007)
Alberto Iglesias benar-benar memanfaatkan alat musik dan melodi khas timur tengah (Afghanistan) dengan nada sedih, pilu dan perih untuk opening dan langsung mengambarkan isi keseluruhan cerita film ini.

29.  The Ludlows (The Legend of the Fall.1995)
James Horner memainkan denting demi denting lembut piano yang kemudian diiringin sebuah orchestra. Musik ini berhasil menjadikan film ini sebagai salah satu film yang mampu membuat penonton pria menangis. Musiknya berhasil mengambarkan cinta yang kuat dan dalam.

30.  Buongiorno Principessa (Life is Beautiful.1997)
Nicola Piovani memainkan suara klasik gitar italia dengan iringan sentuhan orcherstra. Memberikan kesan perjuangan dan Cinta Guido dan Istri dan anaknya.

31.  Theme from Linha de Passe (Linha de Passe.2008)
Gustavo Santaolalalla dengan memanfaatkan suara gitar klassik latin serta bunyi-bunyian khas musik brasil dengan melodi melodi kesedihan tentang kemiskinan, mimpi, cita-cita dan cinta pada hidup banyak rintangan. 

32.  Alone in Kyoto (Lost in Translation.2003)
Air memanfaatkan suara gitar yang di mix dengan bunyi-bunyi dan efek suara unik, menggunakan sentuhan melodi khas Jepang, terdengar sunyi dan sepi. Sangat pas dengan karakter Scarlett Johansson dalam film ini. Sepi, sunyi dan “lost in translation”

33.  Sayuri’s Theme (Memoirs of Geisha.2005)
John Williams memberikan campuran orchestra dengan musik traditional khas Jepang, bermelodi sendu dan sedih. Musik ini berhasil mewakili karakter Sayuri yang hidup selalu dirundung duka dan kesedihan.

34.  De Usuhaia ala Quiaca (The Motorcycle Diaries.2004)
Gustavo Santaolalla selalu dengan cirikhas musik-musiknya memanfaatkan suara gitar klassik latin, kali ini dengan melodi yang menunjukan kegelisahan, kesedihan dan perjuangan yang belum selesai. Sesuai dengan apa yang dirasakan Che Guavara dalam perjalanan mengendarai sepeda menjelajahi setengah Amerika Selatan.

35.  The Last Waltz (Oldboy.2003)
Jo Yeong Wook menyuguhkan orcherstra dengan melodi yang sedih, sendu dan menyayat hati untuk mewakili akhir kisah film ini. The Last Waltz menjadi musik yang mengambarkan akhir kisah hidup Oh Dae Soo yang justru baru dimulainya.

36.  The Heart ask Pleasure First (The Piano.1993)
Michael Nyman memainkan Piano untuk karakter Ada yang bisu. Musik ini dimainkan Ada dalam film dan anaknya kemudian menari-nari ala balerina di tepi pantai.

37.  Bicycle (Il Postino.1994)
Menjadi salah satu track paling dikenal hingga sekarang. Sebuah melodi yang sangat menenangkan hati saat mendengarkannya.

38.  Dawn (Pride and Prejudice.2005)
Dario Marianelli memainkan denting piano lembut dengan paaduan suara-suara burung dipagi hari bersama terbitnya matahari menemani Liz dan saudarinya menyiapkan diri untuk mengawali kisah hidup mereka segera menemukan suami.

39.  Lux Aeterna (Requiem for a Dream.2000)
Musik full orchestra menegangkan karya Clint Mansell ini berhasil mewakili jiwa-jiwa kosong dengan segala ketergantungan dan depresinya dalam menghadapi hidup. Musik ini benar-benar terasa menyesakkan, sedih dan penuh penderitaan.

40.  Main Theme of Schindler’s List (Schindler’s List.1993)
Karya John Williams ini telah menjadi salah satu karya musik terbaik. Telah dibuat ke dalam berbagai macam versi alat musik dan orchestra. Melodi yang sangat menyedihkan berhasil mengambarkan kisah kesedihan kaum Yahudi yang disiksa pada perang dunia ke 2 oleh Nazi.

41.  Discombobulate (Sherlock Holmes.2010)
Hans Zimmer memainkan campuran alat musik traditional Inggris dan orchestra dengan melodi menegangkan khas ala detektif. Musiknya sangat khas dan kerap kali menjadi latar Holmes memecahkan kasus-kasusnya.

42.  Fairytale (Shrek.2001)
Musik orchestra khas film-film animasi ini dibuat oleh Harry Gregs Williama dan John Powel. Musik lembut ini menjadi musik untuk kisah cinta Shrek dan Fiona, dan dipakai untuk 3 film lanjutannya.

43.  Latika’s Theme (Slumdog Millionaire.2008)
AR. Rahman mengambarkan karakter Latika yang cantik melalui campuran humming suara manusia dengan gitar, dan perkusi khas bergaya India hingga sangat terasa melankolis.

44.  In the Hall of Mountain King (The Social Network.2010)
Trent Reznor dan Atticus Ross mengambarkan sebuah pertandingan kano dengan musik orchestra kontemporer yang terasa sangat megah. Melodinya terasa cukup komikal, unik dan menegangkan. Semakin menuju akhir pertandingan musikpun mengalun semakin cepat dan terus menyepat mengikuti setiap dayung yang bergerak. Luar biasa!

45.  Praying Kum Ja (Sympathy for Lady Vengeance.2005)
Choi Seung Yeung membuka film trilogy ke3 karya Park Chan Wook dengan musik opening bermelodi sendu tetapi dengan full orchestra. Musiknya terasa powerfull sekaligus menyentuh.

46.  My Brother (Taegukgi.2004)
Lee Dong Jung mengambarkan sosok kedua kakak adik saling sayang saling cinta dengan musik yang mengugah. Melodi yang menyentuh, sendu dan mengambarkan kisah film ini yang juga menjual kesedihan demi kesedihan.

47.  Truman Sleep (The Truman Show.1998)
Phillip Glass menciptakan sebuah musik indah untuk mengiringi para penonton acara The Truman  Show menikmati Truman yang sedang berjalan dalam tidur mencari mimpi-mimpi terbaiknya. Sebuah musik yang menyentuh hati karena semua penonto ingin Truman hidup lebih ‘nyata’.

48.  The Elie Badge (Up.2009)
Michael Giacchino memainkan denting pianonya perlahan mengiringi kenangan Sang Kakek dengan impian dan cita-cita Elie, sang istri melalui Badgenya. Musiknya sangat menyentuh dan benar-benar terasa penuh dengan memori indah.

49.  The Gravel Road (The Village.2004)
Musik James Newton Howard ini benar-benar berhasil mengambarkan perjalanan yang ironis dan menyedihkan hidup warga The Village. Melalui perjalanan Bryce Dallas Howard membuka tabir misteri yang justru semakin menyesakkan bagi penonton, tidak bagi mereka.

50.  The Canyon (127 Hours.2010)
AR Rahman memberikan melodi yang menyentuh untuk perjuangan James Franco mencoba untuk tetap hidup dan berusaha menyelamatkan dirinya sendiri.