Senin, 26 Desember 2011

(update!) PENGHARGAAN INTERNASIONAL UNTUK FILM INDONESIA 1990-2012

Dilema (2012), meraih penghargaan untuk Best Feature Film pada Detective Film Festival Moscow 2012. Film yang diproduseri oleh Wulan Goeritno ini berhasil mengungguli film-film dari Iran, China, Ceko, Italia dan Jerman. 

Lovely Man (2012) Karya terbaru dari Teddy Soeriaatmadja yang menjadi pembuka Q! Film Festival 2011 ini menjadi salah satu film Indonesia yang diputar untuk segment "A Window of Asian Cinema" pada Busan International Film Festival 2011. Lovely Man yang hanya syuting selama 5 hari ini juga telah berhasil menjadi Official Selection untuk Bangalore International Film Festival yang digelar mulai 15 hingga 22 Desember 2011. Lovely Man juga menerima penghargaan Best Actor untuk Donny Damara dan nominasi Best Director untuk Teddy Soeriaatmadja pada Asian Film Awards 2012. Film ini juga meraih penghargaan Best Film and Best Director pada Tiburon International Film Festval, yang digelar pada tanggal 19-27 April 2012 lalu.

Mata Tertutup (2012) adalah feature terbaru dari Garin Nugroho yang dibintangi oleh Jajang C. Noer. Film ini menjadi salah satu dari 72 film yang diputar dalam rangkaian Rotterdam International Film Festival ke 41 dari 25 Januari hingga 5 Februari 2012. Mata Tertutup diputar dalam program World Premiere in Spectrum. Mata Tertutup diputar selama 4 hari berturut-turut, mulai dari 28 Januari hingga 1 Februari 2012.Film ini akhirnya rilis Indonesia pada tanggal 14 Maret 2012.

Parts of the Heart (2012) adalah film ketiga karya Paul Agusta. Film yang mengambil tema homoseksual ini juga diputar untuk World Premiere pada  penyelenggaraan ke41 Rotterdam Internatioanl Film Festival. Festival film ini telah berlangsung sejak 25 Januari - 5 Februari 2012 dan memutar Parts of the Heart sebanyak 3 kali. 

Modus Anomali (2012) menerima penghargaan Bucheon Award dari Network of Asian Fantastic Film (NAFF) yang merupakan bagian kegiatan Puchon International Fantastic Film Festival. Film terbaru karya Joko Anwar ini menyisihkan 23 proyek film lainnya. Modus Anomali baru rilis April 2012. Film ini World Premiere pada SXSW Austin Film Festival 2012, Texas, Amerika Serikat.

Postcards from the Zoo (2012) adalah film panjang kedua karya Edwin dipilih sebagai salah satu Official Selection pada Berlin International Film Festival 2012. Film ini akan berkompetisi untuk Golden Bear (film terbaik) dan Silver Bear (aktor, aktris, sutradara, skenario dan outstanding artistic achievement). Zoo akan bersaing beberapa diantaranya dengan Jayne's Mansfield Car karya aktor Billy Bob Thorthon, Home for Weekend karya Hans Christian Smith, Captured karya Brilliante Mendoza dan Childish Games karya Antonio Chavarrias. Film ini menjadi film Indonesia kedua yang masuk seleksi Berlinale setelah 50 tahun lalu film Badai Selatan karya Sofia WD produksi 1962 menjadi film Indonesia pertama yang berhasil masuk seleksi resmi Berlinale untuk Golden Bear. Film ini juga resmi menjadi salah satu film yang berlaga untuk Best Narrative Feature Film pada Tribeca Film Festival, New York, 2012.Berkat film ini juga dan film-film karya sebelumnya, Edwin menerima Edward Yang New Talent Award dari Hong Kong International Film Festival Society yang diberikan pada penyelenggaraan Asian Film Awards, tanggal 19 Maret 2012.Postcards from the Zoo dirilis Indonesia pada kegiatan Bulan Film Nasional 21 Maret 2012.

The Raid (2012) adalah film ketiga karya Gareth Evans, telah meraih penghargaan The Cadillac People's Choice Awards pada Toronto International Film Festival 2011. The Raid juga menjadi salah satu film Indonesia yang diputar untuk "A Window of Asian Cinema" pada Busan International Film Festival 2011. The Raid menjadi film penutup pada Indonesia International Fantastic Film Festival (INAFFF) 2011. Ketika diputar pada penyelenggaraan Sundance Film Festival 2012, film ini mendapatkan sambutan hangat dari penggemar dan kritikus film Amerika. Film ini telah dibeli hak remakenya oleh Sonny Pictures. The Raid juga baru saja meraih Audience Award pada Dublin International Film Festival 2012. Pada penyelenggaraan ke 28 Image Film Festival 17-28 April 2012, The Raid meraih penghargaan Silver Scream Award.

The Mirror Never Lies (2011) adalah film yang diproduksi Pemerintah Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, yang meraih dua penghargaan pada Tokyo Internasional Film Festival 2011 yakni Earth Grand Prix Award dan Special Mention Winds of Asia Middle East. Kamila juga meraih penghargaan Bright Young Talent award dari Mumbai International Film Festival 2011. Film ini menjadi official selection pada Vancouver International Film Festival 2011. Pada Busan International Film Festival 2011, The Mirror Never Lies juga diputar untuk segment "New Current". Film ini juga menerima dua nominasi pada Asian Film Awards 2012 untuk Best Cinematography untuk Rachmat Syaiful dan Best New Comer untuk Gita Novalista. 

Negeri di Bawah Kabut (2011) karya sutradara Shalahudin Siregar meraih penghargaan Special Jury Prize untuk kategori Muhr Asia Africa Documentary pada Dubai International Film Festival yang baru saja diselenggarakan 7-14 Desember 2011.

Prison and Paradise (2011) Dokumenter karya Daniel Rudi Haryanto yang mengangkat kisah tragedi bom Bali 1 ini sukses meraih penghargaan Director of Japan Award pada Yamagata International Documentary Film Festival 2011 yang diselenggarakan di Prefektur, Yamagata, Jepang. Film ini berhasil menyingkirkan 705 film dokumenter lain dari 63 negara. Film juga akan diputar pada New Caledonia International Film Festival 2012.

Belkibolang (2011) Yang merupakan film Omnibus (Antologi film pendek) dari 9 sutradara muda Indonesia (Agung Sentausa, Ifa Isfansyah, Anggun Priambodo, Tumpal Tampubolon, Edwin, Wisnu SP, Rico Marpaung, Azhar Lubis dan Sidi Saleh) telah diputar pada Rotterdam International Film Festival 2011, Hongkong International Film Festival 2011 dan menjadi satu satunya film Indonesia yang diputar untuk Udine Far East Film Festival 2011 di Italy. 

Jakarta Maghrib (2011) debut penyutradaraan Salman Aristo menjadi salah satu film Indonesia yang putar untuk "A Window of Asian Cinema" pada Busan International Film Festival 2011.


Serdadu Kumbang (2011) film ketiga karya Ari Sihasale ini menjadi salah satu film Indonesia yang diputar untuk kategori "A Window of Asian Cinema" pada Busan International Film Festival 2011.
 
The Perfect House (2011) karya sutradara Affandi Abdulrachman terpilih menjadi Official Selection Puchon International Fantastic Film Festival, 14-24 Juli 2011 mendatang di Puchon, Korea Selatan.

Minggu Pagi Di Victoria Park (2010) adalah film kedua karya Lola Amaria. Film ini menerima penghargaan Best Director dari Jakarta International Film Festival 2010. Pada Bali International Film Festival 2010, Lola juga mendapatkan nominasi Best Director.

Payung Merah (2011) film pendek karya sutradara Edward Gunawan dan Andri Chung meraih penghargaan Best Film pada Asian Short Film Awards 2011 yang diselenggarakan oleh ScreenSingapore. Film ini juga menjadi Official Selection pada Palm Springs International Short Fest 2011. 

Khalifah (2011) adalah feature film kedua karya Nurman Hakim. Film ini baru saja meraih Audience Awards pada Vesoul International Film Festival 2012, di Perancis.

Madame X (2010) yang merupakan debut penyutradaraan film panjang Lucky Kuswandi ini terpilih sebagai salah satu official selection pada Hong Kong International Film Festival 2011. Film ini juga menerima dua nominasi dari Asian Film Awards 2011 yaitu best supporting actress untuk Shanty dan best production design untuk Eros Eflin.
    
Rumah Dara (2010) adalah debut penyutradaraan film panjang Mo Brothers, film ini adalah versi panjang dari film pendek mereka sebelumnya Dara, yang menjadi bagian antologi Takut (2007). Film ini menjadi film Indonesia pertama yang dicekal dan dilarang tayang di Malaysia. Selain menjadi salah satu Official Selection, Shareefa Daanish yang memerankan Dara berhasil mendapatkan Best Actress pada Puchon International Fantastic Film Festival (PiFan) 2009 di Korea Selatan.

Kado Hari Jadi (2009) film panjang pertama karya Paul Agusta ini menjadi official Selection pada Rotterdam International Film Festival 2009.

Garuda di Dadaku (2009) hasil karya duet Salman Aristo dan Ifa Isfansyah yang diproduseri oleh Shanty Harmayn menerima penghargaan Best Film pada penyelenggaraan ke 6 Children and Youth Armenia International Film Festival 2010.
Akhir tahun 2011 pada The Isfahan International Film Festival of Children and Young Adults, diselenggarakan di Teheran Iran, Emir Mahira yang berperan sebagai Bayu menerima penghargaan Best Performance.

Merantau (2009) menjadi Best Film ActionFest International Film Festival 2010. Sebuah penghargaan film aksi tahunan yang digelar di Asheville, North Carolina Amerika Serikat pada 15-18 April 2010. Merantau berhasil mengungguli kandidat lainnya seperti film silat Hong Kong yang dibintangi Donnie Yen, 14 Blades. Merantau juga dinominasikan untuk kategori best director untuk Gareth Evans dan best action choreography pada festival yang sama

Jamila dan Sang Presiden (2009) karya Ratna Sarumpaet yang pernah dikirim untuk Academy Award Best Foreign Film 2009, menyabet dua penghargaan dalam Asian Film Festival Vesoul 2010 di Perancis. Dua penghargan itu yakni Prix de Public dan Prix Jury Lycen. Penghargaan lain adalah Best Original Score Asia Pacific Film Festival 2010 untuk Thoersi Argeswara.

Perempuan Berkalung Surban (2009) film yang diarahkan oleh Hanung Bramantyo ini menerima penghargaan Best Supporting Actress Asia Pacific Film Festival 2010 untuk aktris senior Widyawati.

Pintu Terlarang (2009) karya Joko Anwar ini menjadi Best Film dalam Puchon International Fantastic Film Festival 2009. Film juga menjadi official selection untuk Golden Kinnaree Award pada Bangkok International Film Festival 2009 dan Rotterdam International Film Festival. Bahkan pada tahun 2009 film ini menjadi salah satu dari 100 film terbaik dunia versi majalah “Sight and Sound” Inggris.

9808 (2008) adalah film antologi mengenang sejarah 10 tahun Tragedi 1998, karya 10 sutradara muda Indonesia (Anggun Priambodo, Ariani Darmawan, Edwin, Hafiz, Ifa Isfansyah, Lucky Kuswandi, Otty Widasari, Steve Pilar Setiabudi, Ucu Agustin dan Wisnu Sp). 9808 menjadi Official Selection pada Lens Politica Film & Media Festival 2010 di Helsinki, Netherlands Cinemasia 2010, Bangkok International Film Festival 2009, Singapore Short Film Festival 2009, Barcelona Asian Film Festival 2009, Rotterdam International Film Festival 2009 dan Pusan International Film Festival 2008.



Sang Pemimpi (2008) yang merupakan sekuel Laskar Pelangi (2007) berhasil memboyong Audience Award dari Udine Far East Film Festival 2010 di Italia dan penghargaan NETPAC Critics Jury Award dari Singapore International Film Festival 2010. Dan yang paling terbaru adalah berhasil meraih Premio Juvenile Award Fici Children Intenational Film Festival Madrid 2010.

Tiga Doa Tiga Cinta (2008) karya perdana Nurman Hakim ini dinominasikan sebagai Best Children’s Feature Film (bersanding dengan A Brand New Life dari Korea Selatan, The Strength of Water dari Selandia Baru, Tahaan dari India dan Mammo dari Turki) pada Asia Pacific Screen Awards 2009. Film ini juga meraih penghargaan Grand Prize of International Jury pada Vesoul Festival of Asian Cinema 2009.

Laskar Pelangi (2007) adalah adaptasi dari novel berjudul sama oleh Riri Riza dan Mira Lesmana yang mendapatkan nominasi untuk 2 Kategori utama pada penyelenggaraan ke 3 Asian Film Awards yang digelar di Hongkong, yaitu Best Editing untuk Dono Waluyo dan Best Film. Untuk nominasi film terbaik Laskar Pelangi bersanding dengan Ponyo (Jepang), The Good the Bad the Weird (Korea Selatan), Tokyo Sonata (Jepang), Red Cliff (Hongkong) dan Forever Entralled (China). Laskar Pelangi juga mendapatkan Signis Award dalam Hongkong International Film Awards 2009. Penghargaan The Golden Butterfly Award untuk kategori film terbaik di International Festival of Films for Children and Young Adults, di Hamedan, Iran. Awal tahun 2010 lalu film ini kembali mendapatkan penghargaan, kali ini untuk Cut Mini sebagai Best Actress pada Brussels International Independent Film Festival. Dan yang paling terbaru adalah menjadi Best Film pada Asia Pacific Film Festival 2010.

The Blind Pig Who Wants to Fly (2008) adalah feature film perdana karya Edwin. Film yang di bintangi oleh Ladya Cheryl ini juga menjadi Official Selection dalam Pusan International Film Festival 2008, menjadi official selection Tiger Award Competition pada 2009 Rotterdam Film Festival dan mendapat penghargaan untuk Fipresci Prize, pada festival yang sama. Penghargaan Firepsci Prize kembali diraih film ini dari Singapore International Film Festival 2009. Serta meraih Silver Montgolfiere dan Young Audience Awarddari Nantes Three Continent Festival 2009.

Fiksi (2008) merupakan film feature perdana Mouly Surya, memenangkan penghargaan Best Director dari Jakarta International Film Festival 2008 untuk Indonesia Feature Film Competition dan Best Director pada Festival Film Indonesia 2008. Selain itu Fiksi juga diputar dibeberapa festival film international lainnya seperti di Pusan International Film Festival dan NewYork Asian Film Festival. 

Kala (2007) merupakan film kedua dari Joko Anwar meraih Jury Prize pada New York Asia Film Festival 2007 dan Best Film di Berlin Asia Hotshot 2007. Film ini juga diputar Puchon International Fantastic Film Festival 2007, Vancouver International Film Festival 2008, Hong Kong Asian Film Festival 2007, Osian Cinefan Film Festival 2007 dan Bangkok International Film Festival 2007. Selain jadi official selection, Kala mendapatkan kehormatan sbg film penutup pada rangkaian pemutaran film Puchon International Fantastic Film Festival.

The Photograph (2007) dibesut oleh Nan T. Achnas dan dibintangi oleh aktor senior Singapura, Lom Khay Thong. Film ini meraih dua penghargaan pada penyelenggaraan ke 43 Karlovy International Film Fesrtival 4-12 Juli 2008 yaitu untuk Special Jury (pemenang kedua) dan penghargaan Ecumenical Jury Award. Film ini menjadi satu satunya film Asia yang merain dua penghargaan sekaligus.

Tiga Hari untuk Selamanya (2007) dari sutradara Riri Riza menerima Best Director dari Brussels International Independent Film Festival 2008. Film ini juga menjadi salah satu Official Selection pada Bangkok International Film Festival 2007. 

Opera Jawa (2006) dari Sutradara Garin Nugroho memenangkan Best Original Score untuk Rahayu Supanggah pada penyelenggaraan perdana Asian Film Awards 2007. Opera Jawa juga dinominasikan untuk Best Film yang bersaing dengan The Host (Korea), Love and Honor (Jepang), Exiled (Hongkong), Still Life (China) dan Curse of the Golden Flower (China). Nominasi Best Film dari Asia Pacific Screen Awards 2007. Menang Silver Screen Award Singapore International film Festival 2007. Serta juga menerima penghargaan Best   Actress untuk Artika Sari Devi pada Brussels International Independent Film Festival 2008.

Koper (2006) adalah karya perdana Richard Oh, bersama dengan 3 Hari Untuk Selamanya, Berbagi Suami dan Kala, film ini menjadi Official Selection pada Bangkok International Film Festival 2007.


Denias Senandung di Atas Awan (2006) karya Jhon de Rantau ini berhasil menjadi yang terbaik untuk kategori Best Children’s Feature Film Asia Pacific Screen Awards 2007 serta meraih Best Film pada Indonesia Feature Film Competition, Jakarta International Film Festival 2006.

Berbagi Suami (2006) yang didaftarkan untuk Academy Awards Best Foreign Film 2007 ini,  mendapat penghargaan Golden Orchid Award sebagai film terbaik pada Hawaii International Film Festival 2006, mengalahkan film-film dari 47 negara yang berkompetisi.  Film ini juga menjadi salah satu Official Selection pada Bangkok International Film Festival 2007. Sementara di Belgia pada Brussel International Independent Film Festival 2007, Nia Dinata menjadi Best Director (Prix de la meilleure Réalisation).

Gie (2005) diangkat dari buku Catatan Seorang Demonstran karya sutradara Riri Riza, mendapatkan Best Asian Feature Film pada Singapore International Film Festival 2006 dan Special Jury Award dari Asia Pacific Film Festival 2006.

Janji Joni (2005) karya perdana Joko Anwar ini mendapatkan penghargaan Best Editing pada Asia Pacific Film Festival 2005.

Banyu Biru (2005) dari sutradara Teddy Soeriaatmadja menerima Most Promosing New Actress untuk Dian Sastrowardoyo Asia Pacific Film Festival 2005.

Ungu Violet (2005) debut penyutradaraan Rako Prijanto menerima Best Supporting Actress untuk aktris senior, Rima Melati dan nominasi Best Actress untuk Dian Sastrowardoyo

Kara Anak Sebatang Pohon (2005) karya Edwin ini menjadi film pendek Indonesia pertama yang secara resmi diputar pada Cannes Film Festival 2005 untuk Director’s Fortnight

Rindu Kami Padamu (2004) karya Garin Nugroho ini meraih penghargaan Best Film Cinefan – Festival of Asian and Arab Cinema 2005.

Impian Kemarau (2004) karya sutradara Ravi Bharwani ini meraih penghargaan Asian New Talent Award pada Shanghai International Film Festival 2004. Film ini juga mendapatkan   nominasi Best Film pada Pusan International Film Festival, Bangkok International Film Festival dan Vladuvostok International Film Festival. Selain itu juga menjadi Official Selection pada Rotterdam International Film Festival, Barcellona Asian Film Festival, Split International Festival of New Film, Zanzibar International Film Festival dan Cork International Film Festival.

Biola tak Berdawai (2003) yang merupakan debut Sekar Ayu Asmara sebagai sutradara menerima penghargaan Best Actress pada Asia Pacific Film Festival 2003. Tahun 2004 film ini dipilih untuk mewakili Indonesia untuk kategor Best Foreign Film Academy Awards tahun 2004.

Ca Bau Kan (2002) adalah adaptasi dari novel berjudul sama karya Remy Silado yang juga merupakan debut penyutradaraan Nia Dinata. Nia meraih penghargaan Best New Director pada Asia Pacific Film Festival 2002. Film ini juga menerima penghargaan Best Art Direction utk Iri Supit pada festival yang sama. 

Eliana-Eliana (2002) karya Riri Riza ini mendapatkan penghargaan Best New Director pada Singapore International Film Festival 2002, serta penghargaan Dragon & Tiger Awards pada Vancouver International Film Festival 2002. Jajang C. Noer yang berperan sebagai ibu dari Eliana menerima penghargaan Best Actress pada Cinemaya Festival of Asian Cinema 2002 di New Delhi, India. Sedangkan untuk duet akting cemerlang Rachel Maryam dan Jajang C. Noer juga menerima penghargaan Best Actress pada Daeuville International Film Festival 2003.



Aku Ingin Menciummu Sekali Saja (2002) karya sutradara Garin Nugroho yang dibintangi Lulu Tobing ini menerima penghargaan Netpac Award Berlin International Film Festival 2003.

Pasir Berbisik (2001) yang merupakan karya kedua Nan T. Achnas setelah Kuldesak (1999) menerima Most Promosing Director, Best Cinematography untuk Yadi Sugandi dan Best Sound untuk Phil Judd dan Hartanto dari Asia Pacific Film Festival 2001. Film ini juga menerima Netpac Award Special Mention pada Brisbane International Film Festival 2002, Fipresci Award pada Oslo Films from the South Festival 2002 dan Asian Trade Winds Special Jury pada Seattle International Film Festival 2002. Dian Sastrowardoyo yang berperan sebagai Daya, menerima penghargaan Best Actress pada Deauville Asian Film Festival 2002, di Perancis dan Singapore International Film Festival 2002, selain juga nominasi untuk Best Asian Feature pada festival yang sama. Film ini menjadi Official Selection pada Rotterdam Film Festival 2002.  

Puisi Tak Terkuburkan (2000) karya sutradara Garin Nugroho mendapatkan penghargaan Silver Leopard Locarno International Film Award 2000 dan Nominasi Silver Screen Award pada Singapore International Film Festival.

Sri (1999) film karya Marselli Sumarno ini meraih penghargaan Special Jury Award pada Asia Pacific Film Festival 2009. Selain itu Sri juga menjadi dipilih menjadi wakil Indonesia untuk Academy Awards Best Foreign Language Film 2000. 

Kuldesak (1999) film antologi karya 4 sutradara muda Indonesia masa ini, yaitu Mira Lesmana, Riri Riza, Nan T. Achnas dan Rizal Mantovani yang dianggap sebagai tonggak sinema indonesia generasi 2000 dinominasikan Best Asian Feature Film dari Singapore International Film Festival 1999.

Daun di Atas Bantal (1998) film karya Garin Nugroho ini menjadi film Indonesia pertama yang diputar pada Cannes Film Festival 1998 untuk kategori Un Certain Regard. Pada Asia Pacific Film Festival 1998, film ini meraih penghargaan Best Film dan Best Actress untuk Christine Hakim. Garin Nugroho menerima penghargaan Lino Brocka Award dari Cinemanila International Film Festival 1998. Bersama dengan Kuldesak, film ini dinominasikan Best Asian Feature Film pada Singapore International Film Festival 1999 dan dari Tokyo International Film Festival 1998, meraih penghargaan Special Jury Prize. Film ini juga dikirim menjadi wakil Indonesia untuk berlaga pada Academy Awards Best Foreign Language Film 1999.

Bulan Tertusuk Ilalang (1995) film ketiga karya Garin Nugroho ini meraih penghargaan FIPRESCI Prize pada Berlin International Film Festival 1996.

Surat Untuk Bidadari (1994) film kedua karya Garin Nugroho yang skenarionya ditulis oleh Armantono ini meraih penghargaan Gold Award dari Tokyo International Film Festival 1994. 

Cinta Dalam Sepotong Roti (1991) film karya perdana Garin Nugroho ini menjadi film terbaik pada Festival Film Indonesia 1991. Garin sendiri meraih penghargaan Best Young Director dari Asia Pacific Film Festival 1992.

Taksi (1991) film terbaik Festival Film Indonesia 1991 karya sutradara Arifin C. Noer ini mendapatkan nominasi Best Asian Feature Film pada Singapore International Film Festival 1991.

Langitku Rumahku (1991) film karya Slamet Rahardjo dan Eros Djarot ini mendapatkan nominasi Best Asian Feature Film pada Singapore International Film Festival 1991, bersanding dengan Taksi.

Senin, 12 Desember 2011

Tyrannosaur (UK.2011)

Director: Paddy Considine
Cast:
Peter Mullan - Joseph
Olivia Colman - Hannah
Eddie Marsan - James
Samuel - Samuel Bottomley 

Tyrannosaur adalah debut penyutradaraan Paddy Considine untuk film panjang. Sebelumnya dia telah membuat beberapa film pendek dan salah satunya adalah semacam teaser untuk filmnya ini. Considine sebelumnya dikenal sebagai salah satu aktor watak Inggris yang hampir selalu main pada film-film independen dengan penampilan yang luar biasa. Sebut saja A Room for Romeo Brass, Last Resort, 24 Hour Party People, In America, Dead Man's Shoes, My Summer of Love dan Submarine. Tidak ada satupun penampilannya yang mengecewakan. Meskipun telah melakukan debut akting untuk film Hollywood seperti Cinderella Man dan The Bourne Ultimatum, aktor berusia 37 tahun ini tetap setia memilih bekerja untuk produksi independen Inggris. Begitu pula dengan film pertamanya sebagai sutradara ini, diproduksi secara independen. Selain menyutradarai, Considine menulis sendiri naskah asli untuk debutnya ini.

Tyrannosaur berfokus pada dua karakter utama, Joseph (Peter Mullan) dan Hannah (Olivia Colman), yang bertemu dengan cara yang cukup mustahil, Joseph tiba-tiba saja berlari ke dalam toko amal milik Hannah dan bersembunyi di rak pakaian. Tentu saja Hannah bingung, tetapi kemudian mencoba mengajak Joseph berkomunikasi, tetapi Joseph tidak peduli dan bersikeras untuk tidak diganggu. Namun, Hannah dengan tenang dan manis tetap berupaya untuk membuat percakapan dengan Joseph yang sedang emosional. Saat Hannah berdoa untuknya, Joseph tersentuh dan dia menangis. Inilah kemudian yang menjadi alasan Joseph untuk kerap kali datang ke toko tersebut, dia menemukan ketenangan yang selama ini dicarinya.

Apa yang penonton sudah tahu dan Hannah belum tahu adalah bahwa Joseph seorang duda, selalu dalam kondisi mabuk, bertemperamen sangat tinggi, gampang sekali marah untuk hal-hal kecil yang mestinya bisa ditoleransi dan dimaafkan. Opening film memperlihatkan Joseph yang dalam keadaan mabuk dan marah, menendang anjingnya sendiri hingga mati. Tanpa alasan yang jelas dan tak lama kemudian dia menyesali semuanya. Opening film ini jelas memberikan gambaran bagaimana karakter Joseph yang brutal.

Hannah yang memutuskan untuk menyembunyikan Joseph seperti langsung mendapat nilai positif di mata Joseph. Perlahan Hannah memberikan kisah hidup yang baru buat Joseph. Keramahan yang diberikannya membuat Joseph kembali merasakan dianggap dan dihargai, sesuatu yang telah hilang dari hidupnya. Setiap kali bersama Hannah, dia berusaha untuk meredam kemarahan dan mulai terbuka kepadanya. Joseph tampak seperti menemukan pelabuhan kesuraman, kesedihan dan kesendiriannya selama ini. Tapi hal yang belum dia tahu adalah bahwa Hannah wanita yang menjadi korban kekerasan rumah tangga. Suaminya, James (Eddie Marsan) kerap kali menjadikannya korban kekesalan dan kemarahan tanpa sebab. James adalah sosok suami bertangan dingin, menakutkan dan mengerikan. Penonton akan merasakan kepedihan hidup Hannah begitu mendera sehingga akan berharap Hannah melakukan sesuatu terhadap suaminya. Tapi Hannah berdiam diri, menerima dengan lapang dada, termasuk ketika dia dikencingi dengan keji oleh James.

Joseph dan Hannah saling membutuhkan. Joseph yang kesepian harus menghadapi kenyataan bahwa ayahnya sedang sakit dan dia tidak diterima dengan baik oleh keluarganya sendiri. Hannah yang awalnya terlihat seperti penolong buat Joseph lama kelamaan justru seperti lebih membutuhkannya, termasuk ketika dia sudah tidak tahan lagi dengan perlakuan James yang membuatnya mendapatkan memar parah dimatanya.

Paddy Considine terlihat begitu gigih dan mendalam menghabiskan banyak waktu dengan adegan-adegan detail ekspresi, tingkah laku dan memperlihatkan bagaimana setiap karakter berusaha keras memakai topeng untuk menutupi kerapuhan dan menyembunyikan kesedihan hidup mereka. Sayangnya untuk Hannah, topeng yang dia kenakan gagal dan James berhasil membuat fisik dan mental Hannah terlihat makin menyedihkan (dengan memar dimatanya). Untung bagi Hannah, Joseph merasa terdorong untuk melindunginya dan berencana untuk melakukan sesuatu, hingga dia menyadari satu hal yang selama kedekatannya dengan Hannah tak pernah terpikirkan olehnya.

Ada saat-saat di Tyrannosaur yang akan membuat penonton gemas sambil mengepalkan jemari tangan dan saat-saat lain yang mungkin membuat penonton menutup mata dan berpaling. Tampak ada semacam kekhawatiran melihat kedekatan Joseph dan Hannah, seperti sesuatu yang mestinya tidak terjadi, bagaimana Hannah yang sepertinya kembali pada laki-laki yang tidak jauh berbeda dari suaminya. Dalam hal ini penulis menggunakan dua pepatah yaitu mawar tumbuh dari beton dan keluar dari mulut singa masuk mulut harimau. Tetapi untungnya kekhawatiran tersebut pudar melihat kegigihan Joseph berusaha untuk jadi lebih baik selama bersama Hannah. Bahwa Hannah memberi pengaruh baik terhadap Joseph atau sebaliknya kembali kepada penonton, karena kemudian akhir film ini memberikan keleluasaan pada kedua karakternya untuk saling mendukung.

Peter Mullan menawan sekaligus mengerikan sebagai Joseph. Dia tampak mengerikan pada opening dan closing film dengan memberikan "aksi ledakan" yang mengerikan pada dua anjing yang kurang beruntung (pertama anjingnya sendiri dan yang kedua anjing tetangganya) dan seperti sebuah bom waktu yang berdetak di ambang ledakannya, siap meledak kapan dan dimana saja. Joseph terlihat menawan ketika dia bersama Hannah, dia perlahan seperti menemukan kembali dirinya yang hilang sejak kematian sang istri.

Namun yang paling beresonansi dengan sempurna adalah Olivia Colman sebagai Hannah. Aktris ini membuktikan bahwa dirinya bukan hanya sekedar komedian Inggris yang kerap kali berhasil membuat orang tertawa, tapi kali ini sebuah penampilan berbeda dari belasan serial televisi yang pernah dia bintangi. Sebuah penampilan yang berhasil membuat penonton bersimpati, bersedih dan menangis mengikuti penderitaan Hannah yang dibawakannya. Hannah membawa gagasan pada penonton bahwa dia adalah seorang penolong bagi Joseph, namun keadaan kemudian justru berbalik bahwa Hannahlah yang lebih membutuhkan bantuan dari Joseph.

Untuk menikmati Tyrannosaur adalah sebuah pengalaman menonton film yang sulit dan berat, terutama karena banyak sekali adegan-adegan yang membuat napas-berhenti dan berefek menghantui karena terasa terlalu nyata. Considine berhasil menjebak penonton untuk terlibat dalam setiap adegan, dengan kesuraman, kesedihan, kesunyian dan kesepian yang dihantarkan hampir pada semua bagian film ini. Sisi gelap jiwa manusia yang terlalu banyak dan lama dieksplorasi mungkin menjadi bagian mengganggu dan berat bagi penonton untuk bertahan, tetapi penampilan kuat dan chemistry antara Mullan dan Colman adalah jaminan untuk menunggu film ini menuju akhirnya yang baik.

Satu-satunya bagian yang cukup menyenangkan dari film ini adalah interaksi antara Joseph dengan Samuel (Samuel Bottomley), seorang bocah lelaki yang tinggal di depan rumahnya. Hubungan mereka tampak seperti teman yang saling mendukung. Kepolosan Samuel yang pada beberapa bagian terlihat menggemaskan membuat Joseph begitu peduli padanya. Termasuk ketika Samuel harus menghadapi kekerasan dari kekasih ibunya, Joseph tidak tinggal diam.

Tyrannosaur bukanlah film yang membuat penonton merasa hangat. Bahkan dengan adegan kedekatan pada akhir film antara Joseph Hannah yang saling menyentuh tangan dan bertukar senyum dengan lembut, seperti secara tidak langsung memberikan pengertian bahwa ini bukan sebuah film cinta picisan yang berakhir dengan semua orang akan senang, tetapi sebuah ikatan emosional yang lebih dalam dari sekedar itu dan biarkanlah Joseph dan Hanna menentukan sendiri bagaimana hidup mereka selanjutnya.

Film ini berhasil menjadi yang terbaik pada British Independent Film Awards 2011, menyingkirkan saingan terberatnya Shame dan Tinker Taylor Soldier Spy. Paddy Considine dan Olivia Colman masing-masing mendapatkan penghargaan untuk best debut director dan best actress. Sebelumnya Tyrannosaur juga telah diputar pada Sundance Film Festival 2011 dan menerima penghargaan directing untuk Considine dan special jury prize untuk Mullan dan Colman.