1. Abimana Aryasatya (Catatan Harian si Boy) sebagai Andi.
Robertino memutuskan menganti namanya menjadi Abimana Aryasatya tentu dengan harapan baru. Dan nama Abimana berhasil membawanya pada jajaran aktor terbaik Indonesia saat ini, terbukti dengan aktingnya sebagai Andi dalam Catatan Harian si Boy mendapat respon positif dari penonton film Indonesia. Penampilan Abi sebagai Andi memberi bukti bahwa dia berkomitmen tinggi untuk selalu berusaha memberikan akting terbaiknya. Abi membawakan karakter Andi dengan santai, cuek, apa adanya, menyenangkan dan banyak sekali adegan-adegan yang berhasil mencuri perhatian membuat penonton tertawa, haru dan simpati padanya. Tidak seperti karakter-karakter sidekick lainnya, Andi diberi ruang untuk berperan penting sepanjang film. Abi memberikan satu yang berkesan pada karirnya yang masih panjang dan besar harapan akan terus ada untuk film-film selanjutnya.
Robertino memutuskan menganti namanya menjadi Abimana Aryasatya tentu dengan harapan baru. Dan nama Abimana berhasil membawanya pada jajaran aktor terbaik Indonesia saat ini, terbukti dengan aktingnya sebagai Andi dalam Catatan Harian si Boy mendapat respon positif dari penonton film Indonesia. Penampilan Abi sebagai Andi memberi bukti bahwa dia berkomitmen tinggi untuk selalu berusaha memberikan akting terbaiknya. Abi membawakan karakter Andi dengan santai, cuek, apa adanya, menyenangkan dan banyak sekali adegan-adegan yang berhasil mencuri perhatian membuat penonton tertawa, haru dan simpati padanya. Tidak seperti karakter-karakter sidekick lainnya, Andi diberi ruang untuk berperan penting sepanjang film. Abi memberikan satu yang berkesan pada karirnya yang masih panjang dan besar harapan akan terus ada untuk film-film selanjutnya.
2. Agus Kuncoro Adi (Tendangan Dari Langit & Tanda Tanya) sebagai Surya & Hasan.
Agus Kuncoro Adi lebih kenal sebagai bintang banyak serial televisi dan FTV selama bertahun-tahun dan selalu memperlihatkan penampilan yang baik dengan berbagai macam karakter yang pernah diperankannya. Tetapi posisinya selalu underrated. Beruntung Hanung melihat hal itu dan mengajaknya bermain dalam Sang Pencerah (2010). Tahun ini Hanung memberinya kepercayaan penuh, tidak tangung-tanggung untuk dua film sekaligus dan Agus tampil mengesankan. Dalam film Tanda Tanya, Agus berperan sebagai aktor yang memutuskan menerima peran sebagai Jesus meskipun dia muslim dan dalam Tendangan Dari Langit, sebagai seorang paman yang berambisi dan memanfaatkan keponakannya sendiri untuk kepentingan pribadi. Untuk kedua perannya ini, Agus dinominasikan sebagai aktor pendukung terbaik FFI 2011.
Agus Kuncoro Adi lebih kenal sebagai bintang banyak serial televisi dan FTV selama bertahun-tahun dan selalu memperlihatkan penampilan yang baik dengan berbagai macam karakter yang pernah diperankannya. Tetapi posisinya selalu underrated. Beruntung Hanung melihat hal itu dan mengajaknya bermain dalam Sang Pencerah (2010). Tahun ini Hanung memberinya kepercayaan penuh, tidak tangung-tanggung untuk dua film sekaligus dan Agus tampil mengesankan. Dalam film Tanda Tanya, Agus berperan sebagai aktor yang memutuskan menerima peran sebagai Jesus meskipun dia muslim dan dalam Tendangan Dari Langit, sebagai seorang paman yang berambisi dan memanfaatkan keponakannya sendiri untuk kepentingan pribadi. Untuk kedua perannya ini, Agus dinominasikan sebagai aktor pendukung terbaik FFI 2011.
3. Albert Halim (Catatan Harian si Boy) sebagai Heri.
Heri adalah refleksi dari karakter Emon dalam Catatan si Boy dimasa sekarang. Dan adalah Albert Halim, aktor pendatang baru (melakukan debutnya dalam film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita) membawakan Emon versi tahun 2000an dengan mengesankan. Heri yang mengemaskan bagi semua temannya, baik hati, lucu dan penolong, dan bahkan karakter ini berperan cukup penting dan tidak menjadi karakter stereotype yang selama ini dalam banyak tayangan hanya menjadi bahan olok-olok semata. Albert memberikan sosok "Emon" dengan cita rasa baru. Salut pada Albert Halim yang dengan usaha kerasnya memberi warna-warni dan mengisi daftar aktor terbaik perfilman Indonesia saat ini
4. Bella Esperance (The Perfect House) sebagai Madam Rita
Bella memulai kariernya pada akhir tahun 80an, Catatan si Boy adalah film debutnya. Sejak awal karirnya, aktris berdarah campuran ini lebih dikenal dan cocok dengan peran-peran antagonis, dan Bella selalu berhasil membawakannya dengan baik. Begitu juga dengan perannya sebagai Madam Rita dalam The Perfect House. Sebagai nenek dari seorang bocah yang ternyata bermasalah, Bella tampil tegas, berwibawa dan pada beberapa kesempatan bahkan terlihat sangat menakutkan. Didukung dengan kostum vintage yang pas, penampilan Bella sebagai orang kaya pemilik perkebunan, tinggal terpencil serta menyimpan rahasia besar keluarganya menjadi semakin misterius, menakutkan, mengerikan sekaligus mengesankan!
5. Dewi Irawan (Sang Penari) sebagai Nyai Kertaredja.
Dewi Irawan adalah anak dari aktris senior Adek Irawan dan kakak dari Ria Irawan, tidak seperti ibu dan adiknya, nama Dewi memang tidak sepopuler mereka meskipun juga telah berkarier difilm sejak tahun 70an. Dewi mengawali karier dalam Senyum dan Tangis tahun 1974, beberapa film terkenal yang dbintanginya adalah Puspa Indah Taman Hati (1979), Kembang Semusim (1980), Takdir Marina (1986) dan Badai Pasti Berlalu (2006). Sepanjang puluhan tahun kariernya, Dewi baru dua kali mendapatkan nominasi FFI, tahun 1983 untuk pemeran utama wanita dalam film karya Chaerul Umam, Titian Rambut Dibelah Tujuh dan tahun 2011 untuk perannya sebagai Nyai Kertareja dalam Sang Penari untuk kategori pemeran pendukung wanita terbaik dan kali ini piala Citra berhasil dibawanya pulang. Dewi mengambarkan Nyai Kertareja sebagai sosok wanita penolong sekaligus keji, memelihara dan memanfaatkan Srintil untuk memperkaya diri. Dewi memang pantas mendapatkan apresiasi melalui piala Citra yang telah diterimanya sekaligus penghargaan terhadap dedikasinya untuk film Indonesia selama puluhan tahun.
5. Dewi Irawan (Sang Penari) sebagai Nyai Kertaredja.
Dewi Irawan adalah anak dari aktris senior Adek Irawan dan kakak dari Ria Irawan, tidak seperti ibu dan adiknya, nama Dewi memang tidak sepopuler mereka meskipun juga telah berkarier difilm sejak tahun 70an. Dewi mengawali karier dalam Senyum dan Tangis tahun 1974, beberapa film terkenal yang dbintanginya adalah Puspa Indah Taman Hati (1979), Kembang Semusim (1980), Takdir Marina (1986) dan Badai Pasti Berlalu (2006). Sepanjang puluhan tahun kariernya, Dewi baru dua kali mendapatkan nominasi FFI, tahun 1983 untuk pemeran utama wanita dalam film karya Chaerul Umam, Titian Rambut Dibelah Tujuh dan tahun 2011 untuk perannya sebagai Nyai Kertareja dalam Sang Penari untuk kategori pemeran pendukung wanita terbaik dan kali ini piala Citra berhasil dibawanya pulang. Dewi mengambarkan Nyai Kertareja sebagai sosok wanita penolong sekaligus keji, memelihara dan memanfaatkan Srintil untuk memperkaya diri. Dewi memang pantas mendapatkan apresiasi melalui piala Citra yang telah diterimanya sekaligus penghargaan terhadap dedikasinya untuk film Indonesia selama puluhan tahun.
6. Donny Damara (Lovely Man) sebagai Ipuy.
Ipuy bukan karakter yang baru dalam jagad akting Donny Damara, peran serupa yang pernah dilakoni aktor senior ini dalam sebuah drama FTV, meski seperti pengulangan tetapi Donny menambah daftar filmografinya dengan penampilan yang gemilang. Tidak mudah memang memerankan seorang transgender dengan baik. Meskipun pada beberapa bagian terlihat agak berlebihan tetapi secara keseluruhan penampilan Donny dalam film ini berhasil membawa simpati dalam dari penonton. Film ini baru dirilis terbatas di Indonesia, tetapi tidak ada salahnya menempatkan Donny menjadi salah satu yang paling berkesan tahun ini.
7. Emir Mahira (Garuda di Dadaku II & Rumah Tanpa Jendela) sebagai Bayu & Aldo.
Emir Mahira mengawali kariernya tahun 2009 untuk Garuda di Dadaku sebagai Bayu dan mendapatkan penghargaan best performance pada The Isfahan International Film Festival of Children and Young Adults, yang diselenggarakan di Teheran Iran. Tahun 2011 melalui aktingnya dalam Rumah Tanpa Jendela, Emir membuat rekor sebagai aktor termuda yang pernah menerima piala Citra untuk pemeran utama pria terbaik. Perannya sebagai Aldo, anak yang harus mendapatkan perhatian khusus berhasil menyihir pada juri dan memberinya gelar terbaik. Ketika Emir merayakan kemenangannya itu, sekuel dari film debutnya, Garuda di Dadaku 2 dirilis dan Emir kembali mendapatkan pujian karena kembali memerankan Bayu dengan baik.
8. Raihaanun (Lovely Man) sebagai Cahaya.
Cahaya mengembalikan Raihaanun pada jajaran aktris terbaik Indonesia. Sosok Cahaya sebagai anak yang baru lulus sekolah dan ingin sekali bertemu dengan sosok ayah yang 14 tahun tidak ditemuinya, berhasil dibawakan dengan baik. Hanun yang saat ini berstatus sebagai istri dari Teddy Soeriatmadja (sutradara Lovely Man) meninggalkan sosok aslinya dan menyelam menjadi Cahaya yang tidak pernah ke Jakarta, lugu dan rindu kasih sayang ayahnya. Lovely Man memberinya ruang untuk Hanun memperlihatkan komoditi akting yang selama kariernya belum pernah muncul. Atas usahanya ini Hanun sangat pantas disejajarkan dengan aktor-aktris terbaik pada list ini.
9. Ray Sahetapy (The Raid) sebagai Tama.
Ray Sahetapy memberi penonton The Raid sebuah penampilan yang selama ini jarang hadir dalam perfilman kita. Akting mumpuninya berhasil membius penonton dan berdecak kagum sekaligus bergidik melihat setiap gerak gerik Tama, karakter yang dia perankan untuk film ini. Aktor senior ini benar-benar mengeluarkan semua energi dan kemapanan berakting untuk memerankan Tama. Karakter menyeramkan seperti halnya tokoh-tokoh mafia dalam film-film action sejenis dan dibawakannya dengan baik (sempurna). Tidak akan ada yang menyangkal kalau Ray Sahetapy dinobatkan menjadi salah satu aktor terbaik Indonesia saat ini, meskipun The Raid baru dirilis terbatas.
10. Titi Sjuman (Serdadu Kumbang) sebagai Siti.
Titi menjadi salah satu aset berharga film Indonesia saat ini dan penampilannya tidak pernah mengecewakan. Debut aktingnya dalam Mereka Bilang Saya Monyet (2008) memberinya piala Citra untuk pemeran utama wanita terbaik. Tahun 2010 dalam Minggu Pagi Victoria Park, dia kembali memperlihatkan kematangan akting dan kembali diapresiasi dengan nominasi piala Citra untuk kategori yang sama. Tahun 2011 dia main dalam 3 film (Khalifah, Rindu Purnama dan Serdadu Kumbang), untuk film terakhir Titi bermain sebagai Siti, seorang ibu yang memiliki anak laki-laki dengan cita-cita sebagai pembaca berita. Titi menjelma menjadi sosok perempuan asli suku Mandar (suku pedalaman Sumbawa) dengan mengesankan, menghilangkan sosok perempuan Ibukota yang melekat pada dirinya. Titi memperlihatkan bahwa dirinya adalah aktris berbakat meskipun baru merintis karier sebagai aktris beberapa tahun belakangan ini tetapi namanya sudah sangat pantas disandingkan dalam deretan pemain film terbaik Indonesia sepanjang masa.
Ipuy bukan karakter yang baru dalam jagad akting Donny Damara, peran serupa yang pernah dilakoni aktor senior ini dalam sebuah drama FTV, meski seperti pengulangan tetapi Donny menambah daftar filmografinya dengan penampilan yang gemilang. Tidak mudah memang memerankan seorang transgender dengan baik. Meskipun pada beberapa bagian terlihat agak berlebihan tetapi secara keseluruhan penampilan Donny dalam film ini berhasil membawa simpati dalam dari penonton. Film ini baru dirilis terbatas di Indonesia, tetapi tidak ada salahnya menempatkan Donny menjadi salah satu yang paling berkesan tahun ini.
7. Emir Mahira (Garuda di Dadaku II & Rumah Tanpa Jendela) sebagai Bayu & Aldo.
Emir Mahira mengawali kariernya tahun 2009 untuk Garuda di Dadaku sebagai Bayu dan mendapatkan penghargaan best performance pada The Isfahan International Film Festival of Children and Young Adults, yang diselenggarakan di Teheran Iran. Tahun 2011 melalui aktingnya dalam Rumah Tanpa Jendela, Emir membuat rekor sebagai aktor termuda yang pernah menerima piala Citra untuk pemeran utama pria terbaik. Perannya sebagai Aldo, anak yang harus mendapatkan perhatian khusus berhasil menyihir pada juri dan memberinya gelar terbaik. Ketika Emir merayakan kemenangannya itu, sekuel dari film debutnya, Garuda di Dadaku 2 dirilis dan Emir kembali mendapatkan pujian karena kembali memerankan Bayu dengan baik.
8. Raihaanun (Lovely Man) sebagai Cahaya.
Cahaya mengembalikan Raihaanun pada jajaran aktris terbaik Indonesia. Sosok Cahaya sebagai anak yang baru lulus sekolah dan ingin sekali bertemu dengan sosok ayah yang 14 tahun tidak ditemuinya, berhasil dibawakan dengan baik. Hanun yang saat ini berstatus sebagai istri dari Teddy Soeriatmadja (sutradara Lovely Man) meninggalkan sosok aslinya dan menyelam menjadi Cahaya yang tidak pernah ke Jakarta, lugu dan rindu kasih sayang ayahnya. Lovely Man memberinya ruang untuk Hanun memperlihatkan komoditi akting yang selama kariernya belum pernah muncul. Atas usahanya ini Hanun sangat pantas disejajarkan dengan aktor-aktris terbaik pada list ini.
9. Ray Sahetapy (The Raid) sebagai Tama.
Ray Sahetapy memberi penonton The Raid sebuah penampilan yang selama ini jarang hadir dalam perfilman kita. Akting mumpuninya berhasil membius penonton dan berdecak kagum sekaligus bergidik melihat setiap gerak gerik Tama, karakter yang dia perankan untuk film ini. Aktor senior ini benar-benar mengeluarkan semua energi dan kemapanan berakting untuk memerankan Tama. Karakter menyeramkan seperti halnya tokoh-tokoh mafia dalam film-film action sejenis dan dibawakannya dengan baik (sempurna). Tidak akan ada yang menyangkal kalau Ray Sahetapy dinobatkan menjadi salah satu aktor terbaik Indonesia saat ini, meskipun The Raid baru dirilis terbatas.
10. Titi Sjuman (Serdadu Kumbang) sebagai Siti.
Titi menjadi salah satu aset berharga film Indonesia saat ini dan penampilannya tidak pernah mengecewakan. Debut aktingnya dalam Mereka Bilang Saya Monyet (2008) memberinya piala Citra untuk pemeran utama wanita terbaik. Tahun 2010 dalam Minggu Pagi Victoria Park, dia kembali memperlihatkan kematangan akting dan kembali diapresiasi dengan nominasi piala Citra untuk kategori yang sama. Tahun 2011 dia main dalam 3 film (Khalifah, Rindu Purnama dan Serdadu Kumbang), untuk film terakhir Titi bermain sebagai Siti, seorang ibu yang memiliki anak laki-laki dengan cita-cita sebagai pembaca berita. Titi menjelma menjadi sosok perempuan asli suku Mandar (suku pedalaman Sumbawa) dengan mengesankan, menghilangkan sosok perempuan Ibukota yang melekat pada dirinya. Titi memperlihatkan bahwa dirinya adalah aktris berbakat meskipun baru merintis karier sebagai aktris beberapa tahun belakangan ini tetapi namanya sudah sangat pantas disandingkan dalam deretan pemain film terbaik Indonesia sepanjang masa.
Honorable mentions:
Prisia Nasution (Sang Penari)
Atiqah Hasiholan (The Mirror Never Lies)
Adinia Wirasti (Arisan2)
Putu Wijaya (Serdadu Kumbang)
Prisia Nasution (Sang Penari)
Atiqah Hasiholan (The Mirror Never Lies)
Adinia Wirasti (Arisan2)
Putu Wijaya (Serdadu Kumbang)